MOHON KESADARANNYA APABILA MENGCOPY PASTE, HARAP MENCANTUMKAN PADA DAFTAR PUSTAKA. MOHON HARGAI PIKIRAN PENULIS. THANKYOU
Desa Wisata
Desa
Wisata Panglipuran, kabupaten Bangli, Bali
Pariwisata
merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, dapat
dikatakan pariwisata merupakan energipendorong bagi pembangunan
masyarakat.Sejalan dengan dinamika perkembangannya pariwisata merambah dalam berbagai
terminologi seperti, sustainable tourism development, village tourism, ecotourism,
yang menjadi pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin
agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan.
Salah satu
pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan
pedesaan yang berkelanjutandalam bidang pariwisata. Formula utama desa wisata
terwujud dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakat lokal. Kehidupan dan
keaslian desa wisata yang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, fisik dan sosial
daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian,
bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman yang
unikdan eksotis khas daerah. Dengan demikian, suatu desa wisata harus terus dan
secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas daerah.Terkait dengan
pemodelan desa wisata, terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan yaitu; partisipasi
masyarakat setempat, pengembangan mutu produk wisata pedesaan,pembinaan kelompok
pengusaha setempat, dan keaslian
Keaslian
akan memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata pedesaan. Unsurunsur
keaslian produk wisata yang utama adalah kualitas asli, keorisinalan, keunikan,
ciri khas daerah dan kebanggaan daerah diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas
hidup masyarakatnya secara khusus berkaitan dengan prilaku, integritas,
keramahan masyarakat setempat.
Definisi
Desa Wisata
Ada beberapa definisi mengenai desa wisata yaitu antara lain :
Menurut Wiendu Nuryanti, Desawisataadalahsuatubentukintergrasiantaraatraksi,
akomodasidanfasilitaspendukung yang
disajikandalamsuatustrukturkehidupanmasyarakat yang
menyatudengantatacaradantradisi yang berlaku. (Nuryanti, 1993)
Menurut
Edward Inskeep (1991),
memberikandefinisi desa wisata sebagai wisatapedesaandimanasekelompokkecilwisatawantinggaldalamataudekatdengansuasanatradisional,
sering di desa-desa yang
terpencildanbelajartentangkehidupanpedesaandanlingkungansetempat,
Pariwisata Inti Rakyat (PIR) (Hadiwijoyo, 2012)
mendefinisikan desa wisata sebagai suatu kawasan pedesaan yang mencerminkan
keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
istiadat, kehidupan sehari-hari, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata
ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta
mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan,
misalnya : atraksi, akomodasi, makanan minuman, dan kebutuhan wisata lainnya.
KomponenUtamaDesaWisata
Terdapatduakonseputamadalamkomponendesawisata :
1.Akomodasi : sebagiandaritempattinggalparapenduduksetempatdanatau unit-unit yang berkembangataskonseptempattinggalpenduduk.
1.Akomodasi : sebagiandaritempattinggalparapenduduksetempatdanatau unit-unit yang berkembangataskonseptempattinggalpenduduk.
Bentuk akomodasi di desa wisata
2. Atraksi :seluruhkehidupankeseharianpenduduksetempatbeserta setting fisiklokasidesa yang memungkinkanberintegrasinyawisatawansebagaipartisipasiaktifseperti : kursustari, bahasadan lain-lain yang spesifik.
Namun demikian untuk disebut dapat sebagai desa wisata, suatu desa harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut (Hadiwijoyo, 2012) :
1) Aksesibilitas yang baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai sarana transportasi
2) Memiliki obyek-obyek yang menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan khas, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata
3) Masyarakat dan aparat desa menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata dan para wisatawan yang datang ke desanya
4) Keamanan di desa tersebut terjamin
5) Tersedia akomodasi, telekomunikasi dan tenaga kerja yang memadai
6) Beriklim sejuk atau dingin
7) Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal masyarakat
PendekatanPengembanganDesaWisata
Pengembangandesawisataharusdirencanakansecarahati-hatiuntuk
mengantisipasiserta menbgontrol dampak yang timbul, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
setempat, oleh karena itu pengembangan desa wisata sebaiknya ditujukan untuk :
1)
Mendukung program pemerintah dalam pembangunan
kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif
2)
Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat
sekitar desa wisata
3)
Memperluas lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat desa
sehingga meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa
4)
Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif
lebih baik agar senang pergi ke desa untuk berwisata
5)
Menimbulkan rasa bangga bagi masyarakat setempat untuk
tetap tinggal di desanya, sehingga mengurangi urbanisasi
6)
Mempercepat pembauran antara orang pribumi dan non
pribumi
7)
Memperkokoh persatuan bangsa sehingga mengatasi
disintegrasi
Berdasardaripenelitiandanstudi-studidari
UNDP(United Nation Development Program) dan WTO (World Tourism Organization) danbeberapakonsultan
Indonesia, dicapaiduapendekatandalammenyusunrangkakerja/konsepkerjadaripengembangansebuahdesamenjadidesawisata :
a. PendekatanPasaruntukPengembanganDesaWisata
1. Interaksitidaklangsung
Model
pengembangandidekatidengancarabahwadesamendapatmanfaattanpainteraksilangsungdenganwisatawan.
Bentukkegiatan yang terjadisemisal :tayangan atau penulisanbuku-bukutentangdesa yang berkembang,
kehidupandesa, arsitekturtradisional, latarbelakangsejarah,
pembuatankartuposdansebagainya.
2. Interaksisetengahlangsung
Bentuk-bentuk one day trip yang
dilakukanolehwisatawan,
kegiatan-kegiatanmeliputimakandanberkegiatanbersamapendudukdankemudianwisatawandapatkembaliketempatakomodasinya.Prinsip
model
tipeiniadalahbahwawisatawanhanyasinggahdantidaktinggalbersamadenganpenduduk.
3. InteraksiLangsung
Wisatawandimungkinkanuntuktinggal/bermalamdalamakomodasi
yang dimilikiolehdesatersebut.Dampak yang
terjadidapatdikontroldenganberbagaipertimbanganyaitudayadukungdanpotensimasyarakatsetempat.Alternatiflaindari
model iniadalahpenggabungandari model pertamadankedua. (UNDP and WTO. 1981. Tourism
Development Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid: World Tourism
Organization)
KriteriaDesaWisata
Untuk menentukan apakah sebuah desa wisata dapat
dikembangkan sesuai dengan karakteristik desa wisata,diperlukanbeberapakriteriayang harus
dipertimbangkan yaitu :
- Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa.
- Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota propinsidan jarak dari ibukota kabupaten
- Besaran desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa.
- Sistem Kepercayaan dan Kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada.
- Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.
Masing-masingkriteriadigunakanuntukmelihatkarakteristikutamasuatudesauntukkemudianmenetukanapakahsuatudesaakanmenjadidesadengantipeberhentisejenak,
tipeone day tripatautipetinggalinap.
b. PendekatanFisikPengembanganDesaWisata
Pendekataninimerupakansolusi yang
umumdalammengembangkansebuahdesamelaluisektorpariwisatadenganmenggunakanstandar-standarkhususdalammengontrolperkembangandanmenerapkanaktivitaskonservasi.
- Mengonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi sebuah museum desa dimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan dari rumah tersebut. Contoh pendekatan dari tipe pengembangan model ini adalah Desa Wisata di Koanara, Flores. Desa wisata yang terletak di daerah wisata Gunung Kelimutu ini mempunyai aset wisata budaya berupa rumah-rumah tinggal yang memiliki arsitektur yang khas. Dalam rangka mengkonservasi dan mempertahankan rumah-rumah tersebut, penduduk desa menempuh cara memuseumkan rumah tinggal penduduk yang masih ditinggali. Untuk mewadahi kegiatan wisata di daerah tersebut dibangun juga sarana wisata untuk wisatawan yang akan mendaki Gunung Kelimutu dengan fasilitas berstandar resor minimum dan kegiatan budaya lain.
Desa
Wisata Koanara, di Flores
- Mengonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk menampung perkembangan penduduk desa tersebut dan sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai area pariwisata dengan fasilitas-fasilitas wisata. Contoh pendekatan pengembangan desa wisata jenis ini adalah Desa wisata Pentingsari, Cangkringan, Sleman
Desa wisata Pentingsari
3.
Mengembangkan
bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa tersebut yang dioperasionalkan
oleh penduduk desa tersebut sebagai industri skala kecil. Contoh dari bentuk
pengembangan ini adalah Desa wisata Wolotopo di Flores. Aset wisata di daerah
ini sangat beragam antara lain : kerajinan tenun ikat, tarian adat,
rumah-rumah tradisional dan pemandangan ke arah laut. Wisata di daerah ini
dikembangkan dengan membangun sebuah perkampungan skala kecil di dalam
lingkungan Desa Wolotopo yang menghadap ke laut dengan atraksi-atraksi budaya
yang unik. Fasilitas-fasilitas wisata ini dikelola sendiri oleh penduduk desa
setempat. Fasilitas wisata berupa akomodasi bagi wisatawan, restaurant, kolam
renang, peragaan tenun ikat, plaza, kebun dan dermaga perahu boat.
Kerajinan tenun ikat
di desa Wolotopo
Prinsipdasardaripengembangandesawisata
- Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa.
- Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, bisa bekerja sama atau dimiliki dan dikelola secara individu.
- Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut.
JenisWisatawanPengunjungDesaWisata
Karenabentukwisatapedesaan yang
khasmakadiperlukansuatusegmenpasartersendiri.Terdapatbeberapatipewisatawan yang
akanmengunjungidesawisatainiyaitu :
WisatawanDomestik
Wisatawandomestik ;terdapattigajenispengunjungdomestikyaitu :
- Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dekat desa tersebut. Motivasi kunjungan : mengunjungi kerabat, membeli hasil bumi atau barang-barang kerajinan. Pada perayaan tertentu, pengunjung tipe pertama ini akan memadati desa wisata tersebut.
- Wisatawan dari luar daerah (luar propinsi atau luar kota), yang transit atau lewat dengan motivasi, membeli hasil kerajinan setempat.
- Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan perjalanan wisata ke daerah tertentu, dengan motivasi mengunjungi daerah pedesaaan penghasil kerajinan secara pribadi.
WisatawanManca Negara
- Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus pada kehidupan dan kebudayaan di pedesaan. Umumnya wisatawan ini tidak ingin bertemu dengan wisatawan lainnya dan berusaha mengunjungi kampung dimana tidak begitu banyak wisatawan asing.
- Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro perjalanan wisata). Pada umumnya mereka tidak tinggal lama di dalam kampung dan hanya tertarik pada hasil kerajinan setempat.
- Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di dalam kampung dengan motivasi merasakan kehidupan di luar komunitas yang biasa dihadapinya.
TipeDesaWisata
Menurutpola, proses
dantipepengelolanyadesaataukampungwisata di Indonesia sendiri,
terbagidalamduabentukyaitutipeterstrukturdantipeterbuka (Noryanti).
Tipeterstruktur (enclave)
Tipeterstrukturditandaidengankarakter-karaktersebagaiberikut :
- Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar internasional.
- Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini.
- Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk “menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima.
Contohdarikawasanatauperkampunganwisatajenisiniadalahkawasan kampung
Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat atau desa wisata Panglipuran yang ada di Bali.Kawasantersebutdiakuisebagaisuatupendekatan
yang tidaksajaberhasilsecaranasional,
melainkanjugapadatingkatinternasionalPemerintah Indonesia
mengharapkanbeberapatempat di Indonesia yang tepatdapatdirancangdan dikembangkan dengankonsep yang serupa.
Tipe Terbuka (spontaneus)
Tipeiniditandaidengankarakter-karakteryangmenyatudengan kawasandenganstrukturkehidupan,
baikruangmaupunpoladenganmasyarakatlokal.Distribusipendapatan yang didapatdariwisatawandapatlangsungdinikmatiolehpenduduklokal,
akantetapidampaknegatifnyacepatmenjalarmenjadisatukedalampenduduklokal,
sehinggasulitdikendalikan.
ContohdaritipeperkampunganwisatajenisiniadalahkawasanPrawirotaman, Yogyakarta
source : mata kuliah Manajemen Desa Wisata D3 Kepariwisataan UGM 2012