“PRESENTASI PEMANDUAN WISATA DAN
ATRAKSI WISATA ALAM”
MATA
KULIAH :
TEKNIK
PEMANDUAN WISATA
OLEH
:
PURWANI
RAMADHANI WULANSARI
12/337718/SV/02335
KEPARIWISATAAN A 2013/2014
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH
MADA
I.
PEMBUKA
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Saya
Purwani Ramadhani Wulansari, Mahasiswi D3 Kepariwisataan UGM 2012. Saya di sini
selaku pemandu wisata yang akan memandu saudara sekalian. Selamat datang di
Hutan Wanagama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
II.
ISI
1. Nama
Objek
Hutan
Wanagama Fakultas Kehutanan Unuversitas Gadjah Mada
2. Lokasi
Lokasi Hutan Wanagama terletak di empat desa di
Kecamatan Patuk dan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Bila diukur dari pusat Kota
Yogyakarta, Hutan Wanagama berjarak sekitar 35 km ke arah selatan.
Koordinat GPS : -7° 50' 53.00", +110° 29' 0.18"
3. Latar
Belakang Sejarah/ Terjadinya
Hutan
Wanagama merupakan sebuah kawasan hutan lindung seluas 600 hektar di wilayah
Kabupaten Gunungkidul. Tujuan utama dibangunnya kawasan Wanagama adalah untuk
mencari model cara menanggulangi kekritisan tanah di Gunungkidul. Di samping
itu, hutan ini juga difungsikan sebagai hutan pendidikan dan penelitian
lapangan bagi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pada awal pembangunannya, Wanagama merupakan bukit
gundul yang gersang dan tandus. Nama Wanagama berasal dari dua kata, yakni wana
yang berarti alas atau hutan, dan gama yang merupakan kependekkan dari Gadjah
Mada. Hutan yang ikut serta berperan menghijaukan Gunungkidul ini, mulai
dirintis pada tahun 1964 oleh Prof. Oemi Hani’in Suseno, salah satu akademisi
kampus UGM. Dengan bermodal uang pribadi, guru besar peraih anugerah Kalpataru
tersebut, menanami berbagai pohon di Wanagama yang pada saat itu hanya seluas
10 hektar. Mulanya, bersama seorang warga setempat, Wagiran, Prof. Oemi menanam
dan merawat beberapa Pohon Murbei (Morus alba). Tanaman ini dipilih karena
daunnya dapat dimanfaatkan sebagai makanan ulat sutera dan tidak mudah rontok.
Kemudian secara bertahap masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam program itu.
Mereka diberi pekerjaan untuk memetik daun murbei yang kemudian dibeli oleh
pihak pengelola hutan seharga 1 ringgit (Rp 2,50) per kg. Daun tersebut
digunakan sebagai pakan budidaya ulat sutera. Dari hasil penjualan kepompong
itulah, modal pengembangan diperoleh. Usaha tersebut membuahkan hasil dan
mendapat perhatian dari Direktorat Kehutanan, sebagai pemilik lahan. Lahan
penghijauan pun diperluas menjadi 79,9 hektar. Dari waktu ke waktu, target
lahan penghijauan terus diperluas dan kini luasnya mencapai 600 hektar yang
terbagi dalam 9 petak.
Selain penanaman Pohon Murbei, upaya penghijauan juga dilakukan dengan
teori pembelukaran. Prof. Oemi dan tim juga melakukan upaya penanaman jenis
tanaman pionir sebanyak mungkin, yang mampu memperbaiki kondisi tanah, tata
air, dan iklim mikro. Tanaman pionir yang didominasi jenis legum tersebut
dipahami memiliki kemampuan mengikat nitrogen di udara sehingga sanggup
menyuburkan tanah. Di samping itu, kesuburan tanah juga didongkrak dari
tumpukan biomassa humus yang berasal dari pembusukan daun. Hasil dari teori
pembelukaran ini baru bisa dinikmati setelah kurun waktu 10-15 tahun.
Selain itu, ada sekitar 30 jenis burung yang menghuni Wanagama.
Burung-burung ini menjadi perhatian tersendiri ketika menjadi mediator bagi penyebaran
tunas-tunas cendana. Selain Pohon Murbei, Pohon Cendana juga dipilih dalam
program penghijauan Wanagama. Namun, berhubung kondisi tanah di Kabupaten
Gunungkidul kurang mendukung, pohon-pohon cendana yang ditanam banyak yang
mati. Menurut penuturan pengelola, yang tersisa waktu itu hanya sekitar 10
pohon. Beberapa tahun kemudian, Prof. Oemi dikejutkan dengan munculnya
tunas-tunas cendana baru yang tersebar tak merata. Ketika diteliti, semua itu
hasil kerja burung-burung yang memakan biji-biji cendana dan membuangnya
sembarangan ketika buang kotoran.
Hutan Wanagama, sebuah kawasan yang merupakan cerminan kepedulian kepada
alam, potensi wisata, dan penunjang ekonomi masyarakat sekitar. Penghijauan
dengan konsep pembelukaran di Hutan Wanagama ini telah diadopsi dan menjadi
rujukan penghijauan bagi daerah tandus lainnya. Fakultas Kehutanan UGM sebagai
pengelola Hutan Wanagama, saat ini sedang menata ulang kawasan hutan seluas 600
hektar ini agar lebih menarik sebagai obyek wisata.
4. Struktur
dan Maknanya
Memasuki kawasan Hutan Wanagama kita seperti sedang
berada di miniatur hutan yang berisikan banyak tanaman dari berbagai daerah.
Terdapat barisan jenis pepohonan yang akan menemani perjalanan menyusuri
hijaunya Wanagama. Dimulai oleh Pohon Akasia, pohon penghasil bubur kayu yang
menjadi primadona banyak perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri) di Indonesia.
Dilanjutkan dengan Pohon Kayu Putih, tanaman yang terkenal dengan minyak atsiri
yang berkhasiat untuk menghangatkan badan. Selain itu ada juga barisan Pohon
Pinus (Pinus Merkusii). Deretan pohon yang banyak ditemukan di Sumatera bagian
tengah ini cukup meneduhkan kala matahari bersinar dengan teriknya.
Wanagama masih memiliki banyak pepohonan, misalnya
Pohon Eboni (Diospyros Celebica) dari Sulawesi, Pohon Cendana (Santalum Album),
dan Pohon Murbei (Morus Alba). Sebelum memasuki kawasan Wanagama, pengunjung
sudah disambut oleh suburnya ladang penduduk sekitar (Desa Kemuning, Ngleri,
maupun Banaran).
Memasuki pintu gerbang kawasan Wanagama, nampak
kawasan peternakan Ulat Sutera di kiri jalan. Dalam sebuah bangunan yang baru
selesai direnovasi, terdapat ratusan ulat sutera dengan beberapa kepompongnya
yang putih seperti kapas. Selain itu terdapat pula beragam jenis binatang
unggas, kera, serta binatang reptilia. Lengkapnya, Hutan Wanagama juga telah
menjadi habitat bagi lebih dari 40 jenis fauna dan tidak kurang dari 1.000
flora.
Hutan Wanagama ini, memiliki satu pohon yang membuat
tempat wisata ini mendunia. Tanaman itu adalah Pohon Jati (Tectona Grandis) yang
ditanam Pangeran Charles saat berkunjung ke Wanagama pada tahun 1989. Konon,
terdapat hubungan unik antara pohon yang terkenal dengan sebutan Jati Londo ini
dengan pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana. Saat bertinggi 1 m, pohon
ini mengering berbarengan dengan pengumuman perpisahan pasangan Kerajaan
Inggris tersebut. Entah apakah si Pohon Jati ikut berduka atas perceraian
penanamnya.
Selain Jati Londo, Pangeran Charles juga meninggalkan
rute yang menjadi favorit para pengunjung Wanagama. Rute tersebut berawal dari
Wisma Cendana dan berakhir di Bukit Hell. Jalan menuju bukit itu hanya
sepanjang 50 meter yang di kanan-kirinya terdapat banyak Pohon Cendana. Jati
adalah salah satu jenis pohon yang paling banyak terdapat di Wanagama. Tanaman
ini terkenal karena keawetan dan kekuatannya.
Suasana malam di hutan ini juga tak kalah menarik.
Ketika malam mulai menggayut di sela pepohonan, kesunyian Wanagama dipecahkan
oleh paduan suara jangkrik dan serangga lainnya. Meski begitu, tak sedikit pun
terasa keangkerannya. Air dan listrik juga tersedia dalam jumlah yang
mencukupi. Bagi yang senang tinggal menyatu dengan alam, terdapat pula bumi
perkemahan.
Sebagai kawasan yang bisa dikembangkan jadi obyek
wisata ekologi, Wanagama juga bisa menjadi sarana belajar untuk mengenal
pepohonan. Keistimewaan tersebut tentu saja dapat dijadikan pelengkap mata
rantai bagi wisatawan di Kabupaten Gunungkidul. Sebab, Hutan Wanagama dekat
dengan objek wisata andalan Gunungkidul lainnya seperti Pantai Baron, Pantai
Krakal, Pantai Kukup, Gua Bribin, Wot Lemah, serta Gua Lawa.
5. Potensi
Daya Tarik
a. Peternakan
Ulat Sutra
b. Berbagai
hewan unggas
c. Kera
d. Berbagai
hewan Reptilia
e. Pohon
Jati Londo yang konon di tanam oleh Pangeran Charles
6. Akses
Menuju Kesana
Untuk mencapai Hutan Wanagama, wisatawan dapat
menggunakan kendaraan umum dari terminal bus Giwangan Yogyakarta dengan
mengambil jurusan Wonosari. Dengan trayek ini, pengunjung turun di Desa Gading.
Pada pertigaan Desa Gading, ambil arah kanan untuk menuju ke Wanagama.
Perjalanan dari Gading ke Hutan Wanagama, dilakukan dengan berjalan kaki
(kecuali membawa kendaraan sendiri) karena kendaraan umum yang menuju ke lokasi
ini belum ada. Bila pengunjung ingin mencoba, di pertigaan Gading tersedia ojek
yang siap mengantar sampai tujuan.
7. Fasilitas
Pendukung yang Ada
a. Aula
atau pendopo
b. Tempat
Perkemahan
c. MCK
d. Listrik
e. Hutan
Pendidikan Wanagama I
f.
asrama
g.
ruang kelas
h.
gedung serba
guna
i.
kantin
j.
perpustakaan
k.
laboratorium lapangan sebagai tempat pelatihan
para petugas lapangan
8. Aktifitas
Wisatawan yang Dapat Dilakukan
Aktifitas
yang dapat dilakukan adalah :
a. Outbound
b. Berkemah
c. Berwidyawisata
d. Berjalan
Santai
e. Praktik
Konservasi Hutan bagi Mahasiswa
9. Sistem
Pengelolaan
Fakultas
Kehutanan UGM bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Dinas
Kehutanan DIY, dan warga masyarakat Kecamatan Patuk dan Playen.
III.
PENUTUP
1. Kesan
Hutan
Wanagama menyimpan banyak sekali Daya Tarik Wisata yang layak untuk di
publikasikan, karena memiliki banyak sekali keanekaragamaan hayati, baik flora
maupun fauna.
2. Pesan
Untuk
generasi muda penerus Bangsa, jangan sungkan ataupun malu untuk mengunjungi
tempat wisata yang satu ini. Karena di dalam rerimbunan hijau Hutan Wanagama
banyak sekali menyimpan pengetahuan dan manfaat untuk kita, sehingga kita layak
dan harus menjaga kelestarian.
Wahh keren nih artikelnya. kunjungin juga http://otwbali.com buat referensi tempat wisata di Bali.
BalasHapusNumpang ya kakak admin terima kasih juga untuk info nya
BalasHapusAgen Sbobet
Agen Sbobet
Agen Judi
Agen Bola
Agen Asia77
Agen IBCBET ONLINE
Agen SBOBET ONLINE
Agen JUDI ONLINE
Agen CASINO ONLINE
Agen Bonus Sbobet
Prediksi Bola